Kamis, 02 April 2015

Tradisi Kematian Suku Nias

Dalam kehidupan ini, setiap harinya akan terjadi yang namanya kelahiran dan kematian. Dalam upacara kematian, setiap daerah mempunyai ciri khas sendiri, baik dalam pelaksanaannya, maupun kepercayaan terhadap orang-orang yang telah meninggal, akan kemana nantinya.

Artikel saya ini akan menceritakan tentang adat kepercayaan kematian dari suku nias.

Pada jaman dulu nias menganut paham animisme yaitu mempercayai arwah-arwah orang tua mereka dan meyembah dengan perantaraan berhala (patung-patung) yang dibuat dari bahan kayu atau batu. Dalam melaksananakn setiap upacara kebudayaan, haruslah disertai dengan paham-paham animismenya. Dalam mitos ono niha, segala sesuatu yang ada di alam semesta diciptakan oleh suatu yang maha penguasa yang dinamainya : SIHAI, yang dikenal di dalam hoho dengan sebutan : SIHAI UWU NANGI. 

Dalam adatnya seseorang kaya, mulia, raja dan dihormati selama hidupnya di dunia ini, menurut paham mereka animisme tadi, jika ia mati maka arwahnya akan kembali bermukim di teteholi ana'a dan menjadi raja, kaya, dohormati juga di sana nantinya, sebagaimana keadaaan hidupnya di dunia. Roh keagungannya harus diwariskan kepada puteranya yang sulung, untuk menggantikan dia pada kedudukannya, dan semua anak-anaknya yang masih hidup di dunia ini harus wajib menghormatinya,, melalui arwahnya. Setiap kesalahan dari anak-anaknya dapat ditegurnya dari alam arwah, dan ia juga dapat membantu mereka dengab berkat dari arwanya. 

Pada sekarang ini, jika ada seorang yang meninggal maka orang yang berhak untuk mengukur panjang dan lebar dari kuburan sang mayat adalah saudara kandungnya tertua, tidak boleh anak-anak, dikarenakan adanya aura-aura orang tua yang masih tidak dapat dirasakan oleh anak-anak. Hanya orang-orang tua saja yang dapat merasakan hal-hal mistis seperti itu.

Demikian, tradisi kematian dari Suku Nias, Terimakasih Ya'ahowu.
{ Read More }


Tradisi Kelahiran Suku Nias

Dalam artikel saya kali ini, saya akan mengajak teman-teman pembaca untuk jalan-jalan ke tempat kelahiran saya, yaitu Kepulauan Nias yang berada di daerah Utara Sumatera. Nias pada sekarang ini telah memiliki 1 Kota Madya, dan 4 Kabupaten dengan masing-masing Kabupaten-Kotanya memiliki kekhasan masing-masing yang membuatnya menjadi unik.

Nias adalah sebuah tempat yang sangat indah dikelilingi oleh lautan yang masih belum tercemar, masih memiliki budaya yang di beberapa tempat masih sagat kental atau belum terpengaruh dengan budaya-budaya asing. 

Saya akan menuliskan mengenai budaya yang masih sangat kental dengan adat-adat pada jaman dulu yang sampai saat ini masih sering dilakukan, yaitu Tradisi Pada Saat Kelahiran Anak.


Menurut keparcayaan kuno, dan sebelum masuknya agama di kepulauan nias, kelahiran disebut sabagai salah satu bagian dari proses kejadian dalam tata kosmos. Untuk menyelaraskan peristiwa tersebut dengan ketertiban kosmos, maka tetua masyarakat jaman dulu, dibuatkan patung dari kayu sebagai lambang dari penciptaan manusia. 

Dalam masa-masa kandungan sang bayi ada yang disebut sebagai masa prenatal, yaitu masa-masa yang ditempuh oleh kedua orang tua bayi. Masa prenatal ini adalah masa yang berarti disucikan, dalam masa ini hal-hal yang dianggap tidak baik untuk dilakukan tidak boleh dilakukan. Orang tua sang bayi tidak boleh memukul atau membunuh hewan, tidak boleh melintasi tempat terjadinya pembunuhan, tidak boleh melewati kuburan, dll.  Maksud dari itu adalah agar anak yang lahir tidak akan mendapatkan karma dari hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang tuanya. Contohnya apabila orangtuanya pernah memukul kucing pada waktu si bayi didalam kandungan, dan jika si anak pada saat remajanya sering gemetar dan pingsan maka ia disebut "no la'angahalo'o mao" artinya dia telah mendapatkan sifat-sifat kucing yang telah kena pukul. Dengan kata lain, "amonita" ini bermaksud agar proses kejadian kehidupan yang sedang dalam proses itu, tidak dinodai oleh bibit-bibit atau unsur-unsur keburukkan. Lalu dalam 3 sampai 5 bulan pertamanya kedua orangtuanya, berkunjung ke rumah mertua (orangtua istri), dan melakukan adat yang disebut "fangoroma beto" atau memperlihatkan kandungan. Maksud dari kunjungan ini ialah memohon doa restu, agar proses perkembangan bayi dapat berjalan dengan selamat.

Apabila anak telah terlahir di dunia, maka segeralah hal itu diberitahukan kepada lingkungan sekampung (banua) agar upacara pemberian nama segara dilakukan. Dalam acara pemberian nama orangtua si anak menyediakan daging babi untuk menjamu orang sekampunya. Setelah semua warga berkumpul maka upacara pemberian nama akan segera dilakukan. Dahulu "salawa" atau kepala kampung yang memilih nama untuk si anak, tetapi sekarang ini  orangtua yang memilih nama bagi anaknya, dan diresmikan oleh kepala kampung. Apabila adat ini tidak dilakukan oleh orangtua si anak maka kedua orangtua si anak akan di usir dari persekutuan kampung, yang dalam bahasa nias disebut "latibo'o banua". Kemudian anak yang baru lahir ini dibawa lagi kepada orangtua ibunya atau yang sering disebut "uwu". Dalam kunjungan ini oleh orang tua si anak harus memberikan kepada "uwu" 1 pau emas (1 pau = 10 gram) jika sang anak adalah laki-laki dan 1/2 pau emas untuk anak perempuan. Untuk anak-anak yang lahir setelah ini pemberian emas ini dapat dikurangi sesuai kemampuan orang tua. Dalam kunjungan ini orangtua si anak harus "molowo", yang artinya membawa nasi dengan daging anak babi yang telah direbus. Lalu akan dilaksanakan yang namanya "tefetefe idano" atau pemercikkan air, pemercikkan air ini dilakukan kepada si anak dan kepada orangtuanya juga. 

Setelah upacara ini selesai, kepada orangtua anak diberikan seekor babi, ayam, sebuah periuk kecil dari tanah liat yang berisikan beras dan sebutir telur dan ditutup dengan daun pisang. Dan kepada sang anak dihadiahka emas seadanya yang disebut "lofo nono" atau rejeki anak. Setelah sampai di rumah, jari anak kecil yang baru lahir itu ditusukkan untuk menembus tutup periuk itu, serta isi periuknya dimasak untuk ibunya, ini dilakukan agar si anak kelak selalu murah rezeki dan cepat berbicara.

Demikianlah adat istiadat tentang kelahiran anak di daerah kepulauan nias, terimakasih. Ya'ahowu.


























{ Read More }